Suritauladan Menjadi Guru yang Minim Peminat


INSPIRATIF : Giyanto, saat membimbing salah satu murid tunagraita di SLB Kaliwates.
Masa Depan Siswa Tunagraita Adalah Harapan Satu-Satunya
Profesi guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) memang jarang ditemukan. Selain karena sepi peminat, profesi itu dianggap kurang menjanjikan karir yang bagus. Namun hal itu tidak berlaku bagi Giyanto, seorang guru di SLB yang telah mengajar belasan tahun, dia sama tidak begitu mengharapkan untuk segera diangkat. Tapi ingin para siswa didikannya bisa kembali normal dan lebih diperhatikan oleh pemerintah terkait.
Maulana, Kaliwates
20/4/19

Pak Giyanto, begitu sapaan akrabnya ketika sejumlah murid menyapanya. Guru 46 tahun asal Kabupaten Banyuwangi itu dianggap memiliki kepedulian yang mendalam kepada para siswanya.
Guru yang mengajar di SMP-LB Kaliwates itu mengaku ketertarikannya mengajar di SLB terlahir dari rasa kepeduliaannya kepada anak-anak yang memiliki IQ dibawah rata-rata (Tunagraita). Menurutnya, keberadaan mereka sering kali dianggap sebelah mata oleh masyarakat dan kurang mendapat perhatian. “Mereka kadang dianggap gila. Ada pula yang menyepelekan,” tuturnya.
Menurut Giyanto, memperlakukan anak-anak tunagraita seperti itu adalah perilaku tidak manusiawi. Karena anak tunagraita juga memiliki hak dan mimpi-mimpi yang sama seperti anak normal pada umunya.
“Untuk mengerti apa kemauan mereka itu cara berkomunikasinya tidak sama dengan kita. Karena mereka punya kosakata yang terbatas,” tutur Giyanto. Dia menjelaskan, kalau anak tunagraita itu sering terlihat maunya sendiri sulit dimengerti, hal itu sudah dianggap biasa dan perlu didik dengan sabar.
Selama ini, lanjut Giyanto, progam-progam pembinaan yang khusus untuk tunagraita sangat jarang digalakkan oleh pemerintah atau dinas-dinas terkait. “Yang banyak itu progam untuk tunanetra ataupun tunadaksa,” imbuhnya.
Meskipun telah mengajar cukup lama, Giyanto tidak mengharap banyak dari apa yang sudah didedikasikan. “Saya ndk masalah tidak diangkat PNS. Sudah tidak kefikiran kesana. Saya pribadi hanya ingin anak-anak tubnagraita lebih dihargai dan diperhatikan,” jelasnya.
Karena dia berkeyakinan, setiap anak adalah sebuah harapan besar untuk kedua orangtuanya. “Ketika mereka lulus dari pendidikan SLB, mereka tidak hanya dikembalikan ke orangtua,” pungkasnya.  (mg2)



Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember