Produksi Alat-Alat Drumband Berskala Nasional

photo by Maulana al-Fatih
 BERSYUKUR APA ADANYA : Asnawi, 46, pengelola sekaligus pelatih drumband yayasan tengah memaerkan hasil kreasinya bersama teman-temannya.

Awalnya Coba-Coba, Sekarang Beromzet Puluhan Juta

Menjadikan Yayasan Pendidikan Sebagai Sentra Produksi Alat-Alat Drumband Berskala Nasional

TEMPUREJO, 2/4/19 – Drumband menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang cukup diminati oleh siswa. Seperti kegiatan drumband yang ada di Yayasan Salafiyah Syafi'iyah Tempurejo. Yayasan yang menaungi empat lembaga itu, (RA, Mima, SMP, dan SMA) menjadi salah satu sentra produksi alat-alat drumband.
            Kepala produksi Asnawi, mengatakan, ide memproduksi alat-alat drumband diawali dari rencana kecilnya bersama teman-temannya dan yayasan. “Dulu pada 1989, kami berniat untuk membuat kegiatan drumband di SMA. Namun karena dana minim, kami coba merakitnya sendiri,” tutur Asnawi.
Dari ide awal tersebut, Asnawi menjelaskan, dia cukup memesan beberapa alat dan kebutuhan seadanya. “Selebihnya itu kami usaha sendiri. Namun lama-lama, dari SMP membutuhkan drumband juga, kami coba untuk pengadaaan satu set lagi,” imbuhnya. Setelah diikuti oleh SMP, setahun berikutnya Mima juga menginginkannya. “Lamban laun, rakitan kami banyak yang minat. Sehingga satu yayasan memiliki hasil kreasi kami semua,” imbuh Asnawi.
Sekian tahun telah berlalu, kini Asnawi tak hanya membuat alat-alat drumband, dia juga menjadi pembina sekaligus instruktur tetap yayasan dalam melatih drumband anak-anak, baik di  SMA, SMP, maupun di Mima. “Alumni drumband sini banyak. Rata-rata mereka menjadi pelatih drumband di sekolah lain,” tutur pria 46 tahun itu.
Beberapa yang diproduksi oleh Asnawi bersama teman-temannya terdiri dari berbagai jenis. Seperti senar drum, bas drum, quarto, tenor, marcing, selow. “Semua buatan kami menyesuaikan jenjang umur, ukuran dan permintaan,” imbuh Asnawi.
Untuk soal kualitas, Asnawi tidak terlalu merpermasalahkan. Namun dia menceritakan bahwa produksinya tersebut sudah banyak di pesan dan dikrim di berbagai wilayah di Indonesia. “Kemarin kami sempat kirim ke Kalimantan, Sumatra dan Madura. Saat ini kami tengah mempersiapkan pesanan untuk salah satu sekolah di Situbondo,” ungkapnya kepada Radar Jember.
Untuk pengadaaan bahan-bahannya sendiri, Asnawi mengaku banyak mendatangkan dari luar daerah. “Untuk bahan kami ambil dari Pasuruan. Karena disana memang pusatnya menjual alat-alat musik,” tuturnya. Selain bahan tersebut, dia juga menunjukkan beberapa peralatan untuk membuat alat drumband. Seperti mesin pemotong, las listrik, mesin pletour, dan lain-lain.
Untuk harganya sendiri, Asnawi membandrol sesuai dengan jumlah kebutuhan yang dikeluarkan dan lama pengerjaannya. “Untuk satu set alat drumband yang biasa, (tanpa trompet) kisaran 18 juta. Sedangkan yang kualitas super sampai 25 jt,” ujarnya. Menurutnya, pemesanan rata-rata menyesuaikan kemampuan dari pembeli. “Kadang butuh satu jenis saja. Kadang pesan tenornya saja. Yang mesan sampai satu set itu jarang,” imbuh pria asli Tempurejo Jember itu.
Dengan memasang nama Mera dalam setiap produksinya, kini produk-produknya sudah cukup dikenal dikalangan musisi marcingband. Menurutnya nama tersebut mengandung makna dan pembelajaran yang berharga untuk dia dan para anggotanya yang mayoritas santri.
“Mera itu artinya ‘Mengharap Ridho Allah’. Jadi segala yang kita lakukan saat ini, tidak banyak berharap. Yang penting apa yang ada dijalani dan disyukuri,” pungkasnya.   (mg2)


Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember