Angkat Kekritisan Mahasiswa Jelang Coblosan
DISKUSI POLITIK TAMBANG : Sejumlah aktivis peduli lingkungan dan mahasiswa menggelar
diskusi dan bedah film di GKT IAIN Jember.
Melalui Nobar Film Dokumenter, Mahasiswa diajak Mengenali
Aktivitas Bisnis Tambang serta Kaitannya dengan Kedua Paslon Capres-Cawapres
KALIWATES, 12/4/19 – Jelang pilpres pada 17 April mendatang, sejumlah
aktivis peduli lingkungan mengajak mahasiswa mengenal lebih dalam kandidat
capres-cawapres. Ajakan tersebut bukan lagi menampilkan profil ataupun visi
misinya paslon. Namun dengan menelisik keberadaan bisnis tambang dan
hubungannya dengan paslon. Hal itu disampaikan dalam forum diskusi dan bedah
film berjudul ‘Sexy Killers’.
Dalam acara tersebut, turut mendatangkan
sejumlah pemantik diskusi. Diantaranya, Koordinator Bidang Studi Advokasi dan
Koalisi Perempuan Jawa Timur, Saras Dumasari dan Perwakilan dari Front
Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Jember, Alif Raung
Firdaus.
Dengan mengusung tema politik dan
pertambangan, diskusi tersebut mencoba membedah keterlibatan kedua paslon dalam
ekploitasi tambang. Bahkan terindikasi kuat sebagai pemasok dana kampanye kedua
kubu. Tema tersebut diangkat untuk memberikan gambaran kepada peserta diskusi terkait
sisi gelap gelaran pilpres 2019.
Film yang direalis pada awal April tersebut
memang mulai laris diputar oleh sejumlah kalangan mahasiswa maupun aktivis
peduli lingkungan hidup. Menurut Alif Raung, film besutan Watch Doc itu
sangat direkomendasikan untuk semua lapisan masyarakat. “Film ini sebagai
wacana tandingan atas isu-isu yang berkembang mulai kemarin,” ujarnya.
Selama ini yang berkembang di masyarakat
menurutnya hanya isu-isu agama dan sosial. Sedangkan isu-isu seputar bisnis
tambang jarang dibahas. Padahal diakui Alif, hal itu sangat penting menyangkut
keberlangsungan hidup masyarakat banyak.
Batubara yang didatangkan dari Kalimantan untuk memasok pabrik-pabrik PLTU di Jawa dijelaskan Alif memiliki manfaat yang cukup besar. Namun disisi lain,
efek penambangan batubara sangat dirasakan masyarakat. Ironisnya, pemilik saham
terbesar dari bisnis batubara tersebut ialah orang-orang penting yang berada
kubu 01 dan 02. Hal itu dibenarkan oleh kedua pemantik diskusi Alif Raung dan
Saras.
Menurutnya, ada keterlibatan orang-orang
penting di kedua kubu yang terlibat dalam percaturan bisnis tambang. “Luhut itu
pemilik 14 ribu hektare tambang PT Tobabara Sejahtera,” tutur Alif.
Sedangkan yang berada di kubu 02, lanjut Alif, Prabowo memiliki konsesi lahan tambang
batubara. Termasuk Hasyim Joyohadiokusumo yang tak lain adik kandung Prabowo
sebagai pemilik saham PT Batu Hitam Perkara. “Mereka masih sebagian orang-orang
penting di kedua kubu. Masih banyak nama-nama besar dibalik itu,” imbuh
mahasiswa Pascasarjana UIN Malang tersebut.
Alif mencotohkan keberadaan batubara yang
berada di darah Provinsi Kalimantan Timur. “Sekitar 1400 izin usaha tambang di
Kaltim, ratusan diantaranya ilegal. Dari aktifitas itu, 200 lubang menganga bekas galian tambang,” tuturnya.
Lubang-luang tersebut dijelaskan Alif tidak
direklamasi oleh perusahan. “Sejak tahun 2015, ada sekitar 40 lebih korban yang
meninggal di area bekas tambang. Mereka kebanyakan anak-anak,” jelas Alif melalui slide yang
ditampilkan dihadapan peserta diskusi.
Sedangkan bagi Saras, sebagai aktivis perempuan menganggap kedudukan perempuan
menjadi salah pihak yang paling dirugikan. Mereka merasakan dampak adanya
tambang-tambang itu. “Karena yang bersentuhan langsung dengan hajat-hajat kehidupan
adalah perempuan,” tuturnya.
Dia mencontohkan dampak adanya tambang itu
seperti pencemaran air, maraknya penyakit asma yang penderitanya mayoritas
perempuan. Limbah batubara yang
dikonsumsi oleh pabrik PLTU menurutnya memiliki kandungan zat dan senyawa yang
berbahaya. Seperti yang ada Kabupaten Buleleng Bali. “Di PLTU Bali, warga
terkena dampak penyakit asma, batuk. Karena limbah penggunaan batubara,” ujarnya
dalam penayangan film.
Bahkan, kebulan asap dari pabrik tersebut
dijelaskan Saras, bisa mencapai radius puluhan kilometer menjangkau masyarakat
yang berada di luar Kabupaten Buleleng. “Perempuan
paling rentan terkena penyakit. Debu-debu limbah pabrik itu mudah memicu
penyakit kanker pada perempuan,” pungkasnya.
(mg2)
Komentar