APRESIASI BUDAYA

photo by maulana al-fatih


Membangun Daerah Melalui Kearifan Budaya Lokal

Batik Jember Usung Identitas Kedaerahan
Budaya suatu daerah selalu memiliki karakteristik dan nilai-nilai filosofi tersendiri. Perbedaan tiap budaya itu, menjadikan suatu daerah tersebut memiliki ciri khas yang tidak ditemukan di tempat lain. Seperti kebudayaan yang ada di Jember, kabupaten yang dikenal sebagai Kota Tembakau itu, ternyata menyimpan potensi lokal yang digadang-gadang mampu menjadikan Jember sebagai kota dengan ragam budaya
Maulana - Ajung, 9/4/19

Pandhalungan menjadi suatu nama yang cukup dikenal masyarakat ketika berbicara Jember dan Kebudayaan. Keragaman kebudayaan tidak lepas dari kondisi awal masyarakatnya yang beragam pula. Sebagian dari mereka adalah para pendatang yang tinggal dan menetap di Jember selama puluhan tahun. Kedatangan mereka tak hanya sekedar singgah, namun turut membawa dan mengembangkan adat-budaya yang berbeda-beda pula.
            Salah hasil kebudayaan itu adalah batik. Hampir di setiap daerah, batik selalu menjadi ikon dengan beragam motif dan corak. Seolah tak ingin ketinggalan, Kota Jember pun memiliki corak dan motif tersendiri dalam berbicara masalah batik.
Hal itu yang menggerakkan para pengrajin batik bertekad mendorong batik Jember dapat dikenal seluruh masyarakatnya. Bahkan dalam skala nasional maupun internasional. Langkah tersebut mendapat apresiasi yang mendalam dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember untuk turut serta mendukung dan memperkenalkan batik sebagai salah satu ikon kota Jember.
Kepala Dispar Jember Anas Ma’ruf mengatakan, batik menjadi salah satu potensi yang wajib dikembangkan dan didukung oleh pemerintah Jember. Menurutnya, keberadaan batik dapat menjadi bahan untuk pengambilan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan khasanah lokal Jember. “Paling tidak, kebijakan itu biar lebih mengena kepada dan lebih bermanfaat,” tuturnya.
Anas menjelaskan, hampir sebagaian besar pengarajin batik, adalah mereka yang bergerak dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Keberadaan para pengrajin batik tersebut diyakini memiliki sumbangsih yang cukup besar.
Selama ini, lanjut Anas, motif tembakau menjadi motif yang paling familiar di masyarakat. “Padalal jika berbicara budaya Pandhalungan Jember, banyak corak dan motif yang bisa diangkat selain batik,” ujarnya.
Menurutnya, motif dan corak yang lain itu bisa dilahirkan dalam sebuah simposium budaya. Seperti yang digelar oleh Komunitas Budaya Jember di Ajung sabtu kemarin (6/4). “Dengan simposium itu, ada pertukaran ide dan gagasan. Dan diharapkan bisa lebih meningkatkan khasanah kebatikan di kabupaten Jember,” ungkap Anas Kepada Radar Jember.
Anas meyakini, selian batik, banyak kebudayaan Pandhalungan Jember yang bisa diorbitkan dan lebih dikenal oleh masyarakat. “Tentunya batik masih yang utama. Selain itu, ada wayang kulit, can macaman kaduk, musik patrol, dan lain-lain,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pengrajin batik, Wulandari mengatakan, selama ini batik motif tembakau memang yang paling diproduksi. “Kami produksi banyak karena memang banyak itu yang dikenal dan banyak dicari,” tutur Wulan.
Menurutnya, motif tembakau dengan dicetak, paling banyak dicari dari pada motif tembakau tulis tangan. Meskipun dibuat dari jenis kain yang sama, namun kualitas gambar motifnya membuat harga duakali lipat dari pada motif cetak. “Jenis kain katun primisima dan semi sutra. Harganya per dua meter Rp 85-125 ribu kalau yang cetak. Kalau motif tulis Rp 130-200 ribu,” pungkasnya.  (mg2) 

Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember