Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Kebawa Suasana Era Belanda

Gambar
[Foto. MAULANA] KOKOH BERDIRI: Bangunan bekas peninggalan Belanda yang masih kokoh berdiri di tengah sawah atau area perkebunan tebu di Desa Tutul, Balung. Bicara bangunan tua, benteng peninggalan Belanda di Desa Tutul Kecamatan Balung jadi salah satunya. Bangunan tua yang diperkirakan berumur puluhan tahun itu masih kokoh berdiri hingga saat ini. Bahkan warga sekitar ada pula yang menyebut berumur 100 tahun lebih. Bangunan bekas Belanda yang tepat di tengah area persawahan itu cukup menarik. Dari kontruksi bangunan, sepintas mirip seperti tungku pembakaran batu bata, dengan ketinggian hanya sekitar satu meter. Sementara di bagian kedua sisinya, terdapat pintu-pintu kecil yang mengharuskan siapa saja yang masuk, harus mendungkuk. Dan bagian depan dan belakang, anak tangga yang masih tertata dengan baik dan kokoh. Sebenarnya tak ada yang tampak istimewa dari kedua sisinya: samping kanan-kiri atau depan-belakang. Namun saat masuk ke dalam, bagi yang pertama berkunjung mungkin akan sediki

Semilire Angin Senja Sore Kala itu

Gambar
[Foto. MAULANA]. EKSOTIS : Bentangan pantai segoro kidul yang terkenal akan keganasan ombaknya namun tetap menyuguhkan pemandangan eksotis dan memanjakan mata. Serpihan Surga di Pinggiran Kota Tembakau 'Suatu hari, dikala kita duduk di tepi pantai. Dan memandang, ombak di lautan yang kian menepi. Burung camar, terbang bermain di derunya air. Suara alam ini, hangatkan jiwa kita.' Kutipan tembang Iwan Fals yang khas itu, membuat siapapun yang mendengar dibawanya menikmati keindahan pantai. Andai Bang Iwan Fals membuat lagu itu di Jember, mungkin liriknya bukan: burung camar yang terbang di derunya air, tapi nelayan Puger yang melaut di derunya ombak. Sore itu kapal-kapal bersandar di pesisir pantai. Beberapa nelayan terlihat merapikan jala, sambil melihat pengunjung dari kejauhan yang tengah bermain dengan perahu-perahu mereka. Terlihat pula, kawanan emak-emak beserta anaknya, muda-mudi bersama pasangannya, semua komplit. Ada yang mandi, ngevlog, ada pula berfoto-foto di teluk ke

Keris, Pusaka Bersejarah Penuh Filosofi

Gambar
[Foto: MAULANA] CINTAI KEBUDAYAAN SENDIRI: Paysu menunjukkan sejumlah koleksi keris miliknya. Di rumahnya sendiri sekitar 150-an. Itu belum di rumah istrinya: Ponorogo yang mencapai 300 lebih koleksi kerisnya.  Gak Semua Tentang Mitos Dan Klenik Pagi itu, bekas perasan jeruk nipis dan sabun masih tergeletak di tempat jamas atau penyucian keris milik Suprapto alias Paysu, di Dusun Darungan Tegal Kalong Desa Kemuningsari Kidul Kecamatan Jenggawah, Jember. Sejumlah keris dari berbagai jenis dan daerah juga masih tertata. Maklum saja, malam 1 Syuro (Rabu, 19/8,red) lalu, Paysu punya gawe besar, ia memandikan keris-keris milik pelanggannya. Sepertinya ia cukup kuwalahan, karena saking banyaknya pesanan yang digarap, beberapa keris masih tergeletak di rak keris dan kamar khususnya. Bahkan beberapa paket keris untuk dijamas belum sempat ia buka. Ada yang dari Banyuwangi, Surabaya, bahkan yang dari Bali hingga Papua.  Beranjak siang, Paysu mulai melanjutkan penjamasan. Namun kala itu (20/8) ti