J-Tizen - Pacaran, Siapa yang biasanya Bayarin
Jember, 27/4/19
Masa remaja memang memiliki banyak cerita. Dialami oleh
mereka dari berbagai usia, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pada masa
kuliah. Konon katanya, masa remaja penuh dengan sejuta kenangan (dari yang pahit
sampai yang manis). Bagi mereka yang merasakan kenangan manis, pastinya tidak
akan terlewat dengan cerita saat berpacaran, atau mungkin sempat berpacaran.
Yah,
anak muda dan pacaran sudah seperti dua sisi mata uang logam yang sulit
dipisahkan. (seperti saat kamu sama si 'Dia' yang dulu sulit dipisahkan). Hehee. Pengennya itu, nempeeeel terus.
Tidak ketemu semenit aja kangennya kaya ndk
ketemu setahun. Namun dibalik cerita mereka yang berpacaran, ada cerita cukup
unik dibalik yang sepintas itu.
Kata orang, pacaran sering merogoh
kocek hingga duakalipat, logistik kebutuhan sehari-hari serba dobel. Gimana ndk
dobel, kadang ngajakin dia nonton, ngajakin dia makan, ngajakin dia ke tempat
hiburan. (Ada katak makan Buaya, itu semua apa gak biaya..) Hee.
Kalau si ‘Doi’ tajir, anaknya
pejabat, atau anaknya pengusaha sukses, mungkin pengeluaran selama berpacaran
tidak jadi masalah, (malah justru jadi
berkah bagi salah satu pihak). Memang kalau sudah dan naksir jatuh hati ke
seseorang, apapun dilakukan, meskipun harus membiayai jalan-jalan, atau
neraktir dia makan pun monggo.
Tapi kira-kira, dari salah satu
pihak yang berpacaran, siapa yang lebih sering 'bayarin' biaya operasioanl pacarannya yah. Pihak ceweknya apa
cowoknya, atau mereka bergantian. Dan bagaimana sebenernya tanggapan mereka
yang berpacaran seperti melihat kejadian itu.
Yang
bayarin, (Kamu, Si ‘Dia’, atau Gantian) ??
Bagi anak muda, siapa sih yang ndk suka traktor, Termasuk
bagi mereka yang berpacaran, entah si cewek atau cowoknya, pasti demen kalau ditraktir.
Sebagian beranggapan, itu salah satu langkah agar ‘Doi’ nempel terus dan ndk
mau berpaling. Selain itu, tidak jarang dari mereka ada yang bergantian. Bahkan
yang lebih So Sweet lagi, bayarnya patungan.
Seperti pacaran yang dilakukan oleh
Mahmud Zain, Mahasiswa Pasca UIN Yogyakarta, dengan Kekasihnya Fatia Inast
Soraya, Mahasiswa IAIN Jember. Dua sejoli itu mengaku sudah setahun lebih
berpcararan setelah kedua orang tua mereka merestui hubungannya. Menurut pihak
si cowok, Mahmud Zain mengatakan, selama menjalin hubungan berpacaran, dia
cukup banyak pengeluaran yang dianggarkannnya. (tapi gak sampe tekkor kan?). "Awal-awal njalin hubungan, saya memang
suka neraktir dia. Itu karena memang saya yang menginginkan," ujarnya.
Meskipun sebenarnya, Zain mengku tunangannya
itu bisa saja membayarnya, meskipun hanya sekali atau dua kali saat ngedate. "Dia sebenarnya mampu dan
mau saja neraktir. Tapi ndk kasi izin. Soalnya kan saya yang ngajak," imbuh mahasiswa asal Probolinggo itu.
Menurut Zain, pacaran sebenarnya
menyesuaikan kebutuhan, tidak harus pihak cowok terus yang jadi donatur tetap
dalam Anggaran Pembelanjaan Pacaran (APP). Tapi pihak cewek juga bisa melakukan
seperti yang dilakukan cowoknya. "Hanya saja kalau si ceweknya yang
neraktir anggapannya kan takut dikira
memanfaatkan mas. Kalau hanya sekali
duakali mungkin wajar," akuinya kepada Radar Jember.
Sementara itu bagi pihak si cewek.
Ibarat seorang suami, laki-laki harus lebih berani bertanggung jawab. Termasuk
dalam penganggaran kebutuhan selama berpacaran. Hal itu juga diungkapkan oleh
Fatia Inas Soraya.
Mahasiswa asal Banyuwangi itu
berkeyakinan, tunangannya tersebut tidak akan memanfaatkan dirinya untuk
sekedar neraktir atau bayarinkebutuhan lain. Meskipun dia merasa mampu bayar
sendiri, namun Inast lebih mementingkan rasa kepeduliannya kepada cowoknya itu.
"Saya sering ditraktir, tapi juga harus tau diri. Dia kan juga masih punya
beban tanggungan studinya," tutur mahasiswi semester delapan itu.
Baginya, cewek yang neraktirin
cowoknya itu sesuatu yang biasa. Dan
begitupun sebaliknyna. Tapi kalau itu terjadi terlalu sering, itu dianggapnya
tidak biasa. "Bisa jadi salah satu pihak hanya di manfaatkan oleh
pasangannya. Kalau gitu kan merugikan salah satu pihak," tuturnya.
Kedua pasangan yang mengaku
dipertemukan secara tidak sengaja itu memiliki cara yang berbeda dalam
berhubungan, tapi tetap berprinsip sama. Menurutnya, setiap orang yang berpacaran pasti
punya motivasi sendiri-sendiri. Dan motivasi dalam pacaran itu memmpengaruhi
seberapa lama mereka berpacaran dan seperti apa ending dari hubungan itu.
“Kalau ada kepentingan dari salah
satu pihak. Pasti pihak satunya dirugikan. Dan ketika ada salah satu pihak
merasa dirugikan, itu awal dari rusaknya sebuah hubungan," pungkas Zain. (mg2)
Komentar