Organik dan Anorganik
Organik diangkut ke TPU, Anorganik untuk Pemulung
JEMBER, 28/4/19 : Sampah menjadi pemandangan yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Sehari-hari, hampir setiap tempat
menghasilkan sampah. Keberadaannya jika tidak ditangani serius, bukan hanya
merusak pemandangan, namun bisa mendatangkan masalah lain yang lebih besar.
Termasuk tempat yang rutin
menghasilkan sampah adalah toko atau pusat pembelanjaan. Di kota-kota besar,
pusat perbelanjaan dituntut untuk menjaga kebersihan. Semua itu dilakukan
semata-mata untuk menjaga kepercayaan dan rasa nyaman para pelanggan.
Seperti pusat perbelanjaan
Roxy Square yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk Kaliwates. Toko swalayan yang
buka tiaphari itu memiliki cara tersendiri dalam menangani masalah sampah.
Yulia, salah seorang petugas Cleaning
Servis (CS) mengatakan, setiap hari, hampir satu truck sampah diangkut dari
tempat penampungan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
"Sebelum tempat ini buka,
sampah-sampah itu harus dibereskan dulu. Karena ditumpuk di pojok area parkir belakang," ujarnya. Menurutnya, jika
sampah-sampah itu sampai menumpuk atau petugas kebersihan telat mengambil
sampah, hal itu akan menggangu kenyamanan pengunjung saat pulang meninggalkan
Roxy.
Umumnya, sampah-sampah yang
dihasilkan di tempat tersebut, rata-rata terdiri dari sampah organik (sampah
yang mudah membusuk). Seperti sisa-sisa makanan, minuman, tisu, dan lain-lain. Sedangkan sampah seperti plastik, kertas dan
kardus, pihak pengelola memiliki tempat penampungan sendiri untuk dijual lagi.
"Sampah bekas makanan dari kantin-kantin dibelakang itu paling banyak.
Kalau sampah kardus biasanya tiga hari ada mobil yang mengangkutnya,"
katanya.
Sementara
itu, di salah satu toko yang menyediakan alat tulis seperti Senyum Media yang berlokasi di Jalan Kalimantan juga memiliki
cara yang tak jauh berbeda dalam
menangani masalah sampah.
Hal
itu ungkapkan oleh Saiful, petugas CS asal Gebang. Menurutnya, keberadaan sampah di toko tempatnya bekerja itu lebih didominasi oleh jenis
sampah anorganik. Hal itu sengaja dilakukan karena akan diambi oleh para
pemulung. “Sedangkan untuk kardus yang besar-besar biasanya diangkut setiap
seminggu sekali untuk dijual,” jelasnya.
(mg2)
Komentar