Tak Ingin Repotkan Orangtua, Pilih Narik Gojek
|
JEMBER, 26/01/19 - Slamet Dwi Sudiharso, pemuda 25 tahun asal
Banyuwangi yang memilih hidup dari keringatnya sendiri dengan narik Gojek
setiap harinya, hal tersebut dilakukan setelah dirinya memutuskan tidak lagi
meminta kiriman dari orang tuanya.
Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember ini, mengaku sudah cukup lama
mengaduh nasib di Jember, pada tahun 2013 dirinya mulai datang ke Jember untuk
kuliah, dengan menyewa sebuah kontrakan di Desa Mangli bersama temannya. Seiring
dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidupnya, dia mulai berusaha hidup
mandiri.
“Motivasi
saya adalah bisa makan dan kuliah dari keringat sendiri, mumpung masih muda, malu
minta terus”, ujar Dwi. Dirinya juga
menambahkan, kalau dia juga bekerja di salah satu kafe di daerah Jl Tidar
Kaliurang, pekerjaannya ini menjadi waiter yang memiliki jam kerja pukul 18.00
- 23.30 Wib. Pekerjaanya sebagai waiter ini dijalaninya kurang lebih dua tahun.
Lanjut
Dwi, dia juga menjelaskan kalau penghasilannya dari jaga kafe masih minim, dia
mengaku harus menjual sepedanya untuk ditukar dengan yang baru demi menjajak
peruntungan dari gojek ini. “Saya gojek, untuk penghasilan tambahan, kalau
hanya mengandalkan dari kafe, masih belum cukup”, ucap Dwi. Dia juga
menambahkan, sebagai mahasiswa semester akhir, dirinya juga memiliki tanggungan
dengan biaya yang tidak sedikit.
Dari
pekerjaan gojek tersebut, dia mengaku bisa mendapatkan upah kisaran Rp 50 ribu
perhari, jika hari kerja di kafe libur, dia gunakan seharian penuh untuk narik
gojek, dengan pendapatan sampai Rp 200 ribu perhari. Dia juga menjelaskan,
keuntungan dari narik gojek bisa didapat dari bonusnya yang berupa point dari
presentase orderan yang bisa ditukar dengan uang.
Alasan
jam malam menjadi pilihan untuk narik orderan, karena menurutnya, jam malam
biasa digunakan untuk orang yang order makanan, belanjaan, atau orderan yang
jemput penumpang dari terminal atau stasiun. Alasan jam malam juga dipilih
untuk terhindar dari kemacetan. “Saya lebih sering gunakan waktu malam untuk
kerja, paginya untuk beristirahat, yah sesekali
mampir kekampus untuk bimbingan”, ucap mahasiswa semester 12 tersebut.
Dwi
sendiri mengakui, semenjak dia narik gojek, kebutuhan hidupnya lebih mudah
tercukupi, meskipun harus dilakukan dengan bersusah payah, “Mau gimana lagi
mas, sebenarnya sangat capek kerja malam, pernah saya terkapar dan habiskan
waktu satu hari untuk istirahat total”, pungkas Dwi. (mg/maul)
Komentar