Pemulung Ingin TPA Dikelola Lebih Layak
|
Bersandingan:
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kecamatan Balung yang berada persis di area pemakaman dan lapangan
Desa Balung Lor
BALUNG- Keberadaan
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang bersebelahan dengan lapangan dan
pemakaman, membuat sejumlah pemulung mengeluh. Pasalnya,
mereka menginginkan lokasi penampungan sampah bisa dikelola lebih layak, tanpa
menghilangkan mata pencaharian mereka satu-satunya.
Menurut Ibu Po, 56,
seorang pemulung yang mengaku telah tujuh tahun lebih, hidup dari memulung
sampah setiap harinya, lokasi penampungan yang berada di lingkungan
Dusun Kowong,Desa Balung Lor itu, agak mengganggu warga sekitar. Sebab, lokasi
yang memiliki luas sekitar 120 meter persegi itu, cukup dekat dengan pemukiman
warga, yang jaraknya kurang lebih 30 meter.
Dia mengatakan, lokasi
tersebut sudah cukup lama digunakan sebagai penampungan sampah, terutama yang
berasal dari sampah perumahan warga, dan sampah dari pasar Balung. Mbok Po,
panggiolan akrabnya, mengaku telah tujuh tahun lebih, hidup dari memulung
sampah setiap harinya. "Saya kerja seperti ini
cukup lama, karena tidak ada pekerjaan lagi. Kalau tempat ini ada mesin atau
pabrik pengolahannya, kan enak
Mas", tuturnya.
Sumila, juga salah
seorang pemulung di lokasi tersebut menambahkan, setiap harinya sampah-sampah
diangkut dengan menggunakan gledekan, oleh beberapa petugas kebersihan dari pasar dan warga.
"Kalau pagi sampah dari rumah-rumah warga, sedangkan sampah dari pasar
biasanya datang pada sore hari", ujar Sumila.
Dia juga menjelaskan,
penghasilannya dari menjual sampah masih jauh dari cukup. Dikatakan, penjualan
kertas atau kardus dihargai Rp 800- Rp 2.000 per kilogram. Sedangkan sampah plastik dan botol dihargai Rp
1000- Rp 1500 perkilogram.
"Mau yaapa lagi Mas, minta terus ke anak gak enak, dari pada saya nganggur, lebih baik ngopeni sampah-sampah ini", ujar
ibu beranak empat tersebut.
Menurut Sumila, ketika
musim hujan, di lokasi TPA menumbuhkan bau yang sangat menyengat. Hal tersebut
mengganggu para peziarah makam dan anak-anak yang bermain di lapangan. "Kalau
saya sudah terbiasa dengan bau dari sampah-sampah ini. Tapi masyarakat di sini selama ini tidak
ada yang komplain", tambah
Sumila. (Mg4/sh)
Komentar