Tembakau, rokok, dan pria, menjadi satu-satu kesatuan yang sulit dipisahkan.


JEMBER, 20/3/19
Museum tembakau Jember
(apa pendapat para pengunjung)
Tembakau, rokok, dan pria, menjadi satu-satu kesatuan yang sulit dipisahkan.

Hal pertama yang terbesit dalam benak ketika mendengar kata tembakau pasti adalah rokok. Yah begitulah pandangan orang akan tembakau ini, bahan baku yang digunakan membuat rokok itu, cukup banyak dikenal oleh kaum adam, terutama mereka yang doyan ngerokok.
Keberadaannya yang  mampu menunjang perekonomian rakyak kecil-menegah, tembakau seolah tak ubahnya penyakit alergi bagi para perempuan karena asap rokok yang ditimbukan.
Namun hal itu seolah tidak berlaku bagi keempat mahasiswi asal ini, Ade Aprianis, 20, Sari, 19, Faila Sudfah, 19, dan satu mahasiswi dari Unej Silviana Sitanggang, 21. Mereka seolah membuang jauh-jauh bayangan rokok untuk memenuhi tugasnya yang menjadi kebutuhan wajib untuk keberlangsungan hidupnya. Ehh.. maksudnya keberlangsungan semesternya.
Untuk memenuhi hasratnya itu, mereka menyempatkan diri mendatangi salah satu musium Tembakau di jember yang terletak di Jalan Kalimantan No 01 Sumbersari, Jember.
Anatara nugas dan liburan
Museum yang digadang satu-satunya di Indonesia itu cukup suskses memancing minat mereka. Hal itu diakui Silvi, mahasiswa Unej asal Medan itu mengaku, kedatangannya di museum tersebut untuk meneliti terkaait jenis-jenis tembakau.
“Saya sudah cukup lama bolak balik kesini. Lama-lama tempat ini tidak asing dan cukup menarik perhatian saya,” ujar mahasiswi fakultas pertanian itu.
Silvi mengaku, dirinya hampir duwa bulan riwa-riwi dari ketempat tersebut, katanya, butuh perjjuangan berat selama 2 bulan itu. (padahal jarak unej dari museum hanya 5 meter)
Hal lain diungkapkan oleh Fayla Sufah, dia mengatakan, kedatangannya itu untuk memenuhi tugas wawancaranya. “Saya memilih lokasi di museum, karena disini juga disediakan perpustakaan,” tutur mahasiswi imoet itu.
Menurutnya, desain bangunan yang museum yang sangat tradisional, meampu memanjakan para pengunjung untuk betah-betahin diri liat-liat tembakau sambil baca buku. (emang yaapa ituh, lihat tembakau, sambiul baca buku ?!!!)
          Tak lupa, disela-sela nugasnya, keempat mahasiswi itu juga tak lupa melaksanakan ritualnya...
Yappszz.. .. itu dia, selfi. Kondisi bangunan yang unik dan tradisional menurutnyna, menyimpan spot poto-poto yang bagus. “Kalau mampir kesini itu tidak afdzol kalau ndak selfi,” ujar Ade.
Meskipun tampilan isinya rata-rata berisikan tembakau, namun bagi mereka sebagai mahasiswa semester agak tua, nugas adalah kewajiban, dan selfi adalah tuntutan.(bedanya nugas ama tuntutan apaan yah?)  penampilan tembakau boleh mirip-mirip, tapi spot fotonya juga tak kalah menarik,” pungkas mereka penuh ceria. (mg2) 

Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember