Perjuangan Siswa Terpencil Untuk Bisa Ikuti UNBK


Sisi Lain UNBK
Perjuangan Siswa Terpencil Untuk Bisa Ikuti UNBK
Jarak bukanlah hambatan untuk bisa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2019. Meskipun harus dilalui dengan susah payah, naik-turun gunung saat hujan pun dilaluinya demi bisa ikut UNBK. Bahkan, keterlambatan memasuki ruangan ujian seakan sudah menjadi hal yang dimaklumi selama empat hari kemarin, Kamis (27/3/19).

Maulana, Bangsalsari

Saat siswa lain datang tepat waktu dan mulai mengerjakan ujian, belasan siswa datang dengan tertatih tatih dan sedikit basah kuyup karena diterpa hujan. Hal tersebut menjadi ironi yang dirasakan oleh siswa kelas duabelas asal SMK Teknologi Pertanian Bangsalsari. UNBK tahap keempat kemarin 28/3, mereka masih terkendala dengan jarak tempuh sekolah ke lokasi ujian.
Imam Bukhori selaku Kepala Yayasan yang membawahi sekolah tersebut mengatakan, SMK yang dirintis pada awal 2016 itu belum memiliki lulusan sama sekali. Dengan jumlah siswa kelas duabelas yang terbatas, sekolah tidak bisa menggelar UNBK mandiri. Hal itu membuat para siswa tersebut harus menempuh perjalanan sekitar satu jam setengah untuk bisa gabung ujian di SMK MHI Bangsalsari. “Maklum, sekolah masih baru membabat, jadi hal yang paling sulit itu pasti ada di awal-awal,” ujar Ustadz Imam sapaan akrabnya.
Selain terbatas dalam jumlah siswa, SMK tersebut juga memiliki kendala dalam fasilitas. Hal itu juga diakui oleh Kepala SMK Muhsin Alatas. Menurutnya, para siswanya yang menempuh UNBK itu adalah calon lulusan perdana di sekolah yang di pimpinnya. “Meskipun dengan kemampuan apa adanya. Kami selalu mengupayakan mereka bisa terus sekolah hingga lulus dari SMK ini,” tutur Muhsin.
Kendala dalam mengikutsertakan siswanya UNBK diakui Muhsin sangat membertakan. Dia bersama guru-guru yang lain, setaip hari mendampingi siswanya menelusuri hutan karet di area pegunungan Argupuro agar siswanya bisa ikut ujian. “Kami antarkan mereka. Selama ujian kami tunggu, setelah selesai, kami antarkan mereka kembali untuk pulang,” imbuh Muhsin.
Dia mengakui, lokasi SMK nya itu memang jauh dari perkotaan itu, memaksanya harus memilih SMK MHI Bangsalsari sebagai penyelenggara ujian. “Selain MHI, tak ada lembaga penyelenggara ujian yang paling dekat dari lembaga kami,” ujarnya.
Selain terkendala lokasi yang jauh, SMK tersebut juga memiliki akses yang sulit. “Namanya daerah pegunungan, tidak ada ceritanya jalanan mulus seperti dikota-kota. Adanya tumpukkan batu-batu dan jalan licin,” Keluh pemuda 26 tahun itu.
Tidak sampai disitu, niat Muhsin dan siswanya mengikuti UNBK benar-benar du uji tatkala dihadapkan pada cuaca hujan. Hal itu memaksa dia dan siswanya harus ekstra hati-hati menapaki jalan kebun karet yang licin dan berbatu. “Kita ujian di sesi akhir mas, pukul 14.00 hingga 16.00, ditambah daerah gunung itu, sekarang hampir setiap hari hujan,” imbuhnya Kepada Radar Jember.
Siti Holifa, salah seorang guru yang turut mendampingi juga menuturkan, perjalanan dari sekolahnya menuju lokasi ujian itu memang membutuhkan perjuangan ekstra. Dia mengaku, baru kali ini mendampingi anak didiknya itu berjuang untuk sekedar ikut ujian. “Kami kadang merasa terharu, juga sedih. Tapi melihat semangat anak-anak itu, saya dan guru-guru lainnya seolah tak memiliki alasan untuk mengeluh,” tutur guru Bahasa Inggris itu.
Bahkan, saat ujian tahap pertama, dia bersama guru dan siswanya datang terlambat. Dengan sedikit basah akibat terkena hujan, para siswanya masuk ruangan saat peserta yang lain tengah mengerjakan soal. “Hari pertama ujian, kami telat datang. Kami berangkat kehujanan, siswa pun harus ikut ujian dengan pakaian sedikit basah,” pungkasnya.   (mg2)

Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember