Komunitas Sosial Ganasbung
Ganasbung, Dari Peduli Hingga Jadi
Hobi
JEMBER, 31/3/19 – Gerakan Nasi Bungkus (Ganasbung) merupakan perkumpulan pemuda yang memiliki
agenda rutin membagi-bagikan nasi bungkus. Setiap malam rabu, nasi-nasi yang
berhasil mereka himpun dari donatur kemudian disalurkan kepada setiap pejalan,
tukang becak, orang gila, pemulung, kuli angkut dan lain-lain.
Komunitas yang digagas oleh Ahmad Nurhakim itu sudah
ada mulai tahun 2016. Menurut Hakim, ide awal menggagas komunitas terinspirasi
dari kunjungannnya ketika ke Yogyakarta, dia melihat mahasiswa di Yogya banyak
melakukan agenda sosial, salah satunya membagikan nasi bungkus.
Dari situ kemudian, Hakim mulai mengajak beberapa
temannya untuk membentuk komunitas yang fokus pada pembagian nasi. “Awalnya
kami hanya berlima. Itupun kami beli nasinya masih patungan,” ujar Hakim.
Dari sekian anggotanya itu, kata Hakim saat ini
berjumlah sekitar 18 orang. “Mereka rata-rata dari mahasiswa. Seperti Unej,
IAIN, Polije,” tuturnya. Jumlah itu menurutnya bukanlah anggota tetap. Namun
bisa bertambah ataupun berkurang.
Selama membagikan nasi, Hakim mengaku mulai banyak
mendapat teman baru dan donatur. Bahkan beberapa donaturnya saat ini menjadi
donatur tetap setiap minggu. “Donatur
itu ada yang membagikan setiap seminggu sekali, ada dua minggu sekali. Kadang
mereka hanya memberikan air gelas saja,” imbuhnya. Hakim juga memberitahukan donatur
itu antara lain, Ayam Goreng Kalasan, Toko Kue Nyonya Kecil, Ibu You Wen, Anis
Olshop dan lain-lain.
Selama membagikan nasi, dalam semalam dia bersama
sahabat-sahabatnya mampu menghabiskan mulai 80 sampai 100 bungkus. “Sebelum
membagikan nasi itu, kami jemput nasi dulu ke para donatur. Biasanya kami
lakukan setiap selesai isyak,” ujar pemuda 24 tahun itu.
Ketika semua
nasi telah dikumpulkan, dia mengordinir teman-temannya untuk menentukan titik
kumpul. “Kita kumpul untuk berkenalan mungkin ada volunter yang baru. Tak lupa
kami berdoa dulu sebelum mulai keliling,” tutur Hakim. Nasi-nasi tersebut menurutnya
mulai dibagikan pukul 22.00 sampai dengan 00-30. “Paling cepet seperti itu.
Kalau jamnya molor atau nasinya kebetulan banyak, kita bisa selesai sampai
pukul 20.30,” imbuhnya.
Rute pembagiannya lanjut Hakim, menjadi rute tetap
sebagai daerah yang tidak boleh ditinggalkan untuk dijajaki nasi, seperti
daerah Gajah Mada hingga Tawangalun, area Pasar Tanjung, dan area kampus. “Diakhir
kegiatan kami sempatkan evaluasi. Untuk sharing-sharing mendengarkan keluh
kesah dari sahabat-sahabat,” tutur Hakim.
Hakim juga mengatakan, banyak kendala yang
ditemuinya selama membagikan nasi bersama teman-temannya. Seperti kesibukkan
anggotanya yang sulit dikesampingkan dan karena jam malam. “Yang paling berat
ketika hujan turun pada waktu kami keliling. Disitu kesabaran kita benar-benar
diuji,” imbuhnya.
Hakim pun menjelaskan alasan dipilihnya waktu malam
untuk membagikan nasi. Hal itu agar kegiatannya tidak merepotkan banyak orang
dan tidak ingin dianggap pamer. “Kalau malam kan lebih leluasa. Orang yang kurang beruntung nasibnya, belum
tentu bisa makan seperti kita,” tutur pemuda 24 tahun itu.
Selain membagikan nasi bungkus, komunitas ini juga
terlibat dalam kegiatan sosial lainnya, seperti buka bersama dengan anak yatim
pada bulan ramadhan, pembagian buku-buku bacaan setiap enam bulan sekali.
“Sebenarnya banyak agenda sosial yang bisa kami lakukan. Hanya saja kesulitan
waktu masing-masing anggota yang kami perhitungkan,” pungkasnya. (mg2)
Komentar