Suara Mahasiswa di Pilpres 2019
Photo by Maulana al-Fatih |
ANGKAT SUARA : Puluhan mahasiswa diajak diskusi menghidupkan peran peran dan kontribusinya
dalam kontestasi Pilpres 2019.
Ditengah memanasnya
atmosfer politik di Pilpres 2019, mahasiswa masih dianggap memiliki peranan
yang vital dalam menentukan nasib bangsa dalam lima tahun kedepan.
KENCONG, 15/3/19 – Perhelatan pilpres 2019 telah memasuki babak baru yang ditandai dengan
digelarnya debat antar cawapres yang ketiga kemarin, 17/3. Sejumlah mahasiswa
pun tak ingin ketinggalan ingin menunjukkan eksistensinya di tahun politik.
Hal
itu yang coba dilakukan oleh puluhan mahasiswa dengan menggelar dialog
interaktif bertemakan, ‘Kontribusi dan Peranan Mahasiswa dalam menghadapi
Konstelasi Politik Pilpres 2019’.
Acara yang dilaksanakan oleh
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat INAIFAS itu digelar di
Auditorium Kampus I INAIFAS. Dalam acara tersebut, turut menghadirkan beberapa
narasumber. Diantaranya, Rektor INAIFAS Rizal Mumazziq, Koordinator FNKSD
Jember, Adil Satria Putra, dan LSDP SD Inprers, Muhammad Nur Wahid.
Ketua
panitia acara, Gandis Nanda Indriawan, mengatakan, acara tersebut sengaja
dilakukan untuk mengajak para mahasiswa berpartisipasi di tahun politik.
Ajakan tersebut menurutnya dirasa penting, beberapa mahasiswa menurutnya banyak
yang terlibat ke politik praktis. “Minimal, kita ingin mahasiswa tidak golput.
Terlebih untuk mereka yang hadir di acara tersebut,” tutur Gandis.
Sementara Rizal Mumazziq menegaskan, peranan mahasiswa harus mampu
menjangkau akar masalah yang ada. Pihaknya menginginkan tahun politik
benar-benar menjadi pembelajaran untuk mahasiswa. “Tahun 1955 menjadi pemilu
pertama yang dilaksanakan dengan jujur dan transparan. Kita ingin suasana
pemilu seperti itu terulang lagi tahun ini,” ujar rector yang akrab disapa Gus
Rizal itu.
Menurutnya, mahasiswa bukan lagi hidup di era orde baru, yang hanya
focus belajar dan belajar di kampus saja. mereka bisa leluasa bersuara tanpa
perlu takut dipenjara.
Senada yang disampaikan oleh Adil Satria, menurutnya, keterlibatan
mahasiswa dalam kontestasi politik tidak bisa hanya bersikap netral saja. Menurutnya, sikap netral tersebut mencerminkan mahasiswa
hanya duduk manis tanpa berbuat apa-apa. “Netral bagi mahasiswa adalah
melakukan gerakan. Mengkampanyekan kenapa dirinya netral dengan melucuti progam
kedua paslon,” tutur Adil Satria dihadapan puluhan aktivis mahasiswa.
Lanjut Adil, dia menjelaskan bahwa sifat netral mahasiswa itu perlu
ditempatkan sesuai porsinya. Menurutnya, kalaupun mahasiswa memiliki
keberpihakan kepada salah satu paslon, pihaknya tetap menyarankan untuk terbuka
menerima kritik. “Yang penting mereka tidak fanatic yang berlebihan. Apalagi
sampai menghalakan segala cara dengan balckcampaig
atau hatespeach,” imbuh Adil
Satria.
Selain itu, Adil juga mengajak para peserta untuk mengetahui actor-aktor
penyandang dana dibalik kedua kandidat capres. Dia menilai, jika masyarakat
memahami penyokong dana kampanye kedua paslon itu, maka dia meyakini arah serta
kiblat kebijakan yang akan mereka ambil selama lima tahun kedepan.
“Kos politik
sepanjang kampanye sangatlah besar. Tidak jarang dana itu didapatkan dari
pengusaha yang selama ini terang-terangan menyengsarakan rakyat,” tutur Adil
Satria. (mg2)
Komentar