Iri Kepada Sekolah yang di Kota-kota
Photo by Maulana al-Fatih |
BANGSALSARI, (9/3/19) - Sekolah terpencil selalu luput dari sasaran progam
pengembangan pendidikan. Hal itu mungkin dirasakan oleh SMK
Teknologi Pertanian Bangsalsari yang berada di Pegunungan Argopuro. Dengan fasilitas
yang minim, sekolah yang baru didirikan pada tahun 2015 itu, juga memiliki akses
lokasi yang jauh dari perkotaan, hal tersebut membuat pengembangan-pengembangan
sekolah menjadi terhambat.
Salah
satunya dialami oleh SMK Teknologi Pertanian Bangsalsari yang berada di
Pegunungan Argopuro. Sekolah yang baru didirikan pada tahun 2015 tersebut,
memiliki akses lokasi yang jauh dari perkotaan, hal tersebut membuat
pengembangan-pengembangan sekolah menjadi terhambat.
Kepala
Sekolah SMK Teknologi Pertanian, Muhsin Alatas, menuturkan, selama ini
pengembangan sekolah lebih sering diprioritaskan di daerah perkotaan. Dia
mengakui, jika di kota, segala informasi dan komunikasi mudah dilakukan. Namun
di desa, selalu banyak kendala pada akses ataupun informasi. “Selama ini, lembaga-lembaga
yang berada di desa kurang begitu diperhatikan,” ujar Muhsin. Dia juga
menjelaskan, dalam akreditasi, semua dituntut banyak hal agar sekolah tidak
ditutup, tapi pemerintah provinsi sangat jarang memperhatikan pengembangan
lembaga tersebut.
“Kami
dituntut banyak hal dalam visitasi akreditasi. Jika tidak terpenuhi, lembaga
kami tidak diakui,” imbuh Muhsin. Dia juga menyesalkan, selama ini pemerintah
tidak mau tau bagaimana sulitnya menghidupkan lembaganya yang baru berusia tiga
tahun itu, di tengah lokasi yang kesulitan akses. “Lokasi ini memiliki
ketinggian sekitar 1500 mdpl. Untuk mencapainya dibutuhkan waktu sekitar satu
jam perjalanan dari Kecamatan Bangsalsari,” imbuhnya.
Lokasi
sekolah di pegunungan menurut Muhsin, jika mampu dikelolah dengan baik, akan
memiliki manfaat yang besar. Karena menurutnya, daerah pegunungan menyimpan
potensi alam yang cukup kaya. “Lembaga kami ini dikelilingi ribuan hektar kebun
kopi, teh, sengon, tembakau dan lain-lain. Makanya SMK ini untuk mengelola
potensi tersebut,” tutur pemuda 26 tahun itu.
Saat
ini sekolah yang dipimpinnya, memiliki sekitar 45 siswa dari kelas satu sampai
kelas tiga. Dengan fasilitas satu gedung belajar, sebuah masjid, dan sebuah
lahan untuk praktek para siswa. “Kalau perlu pemerintah provinsi cek langsung
ke sekolah, jangan hanya turun untuk monitor saja”, pungkas Muhsin penuh harap
(mg2).
Komentar