Berharap Sang Anak Tak Bernasib Seperti Orang Tuanya

Photo by : Maulana al-Fatih

PENUH HARAP : Usianya yang tidak lagi muda, Absatun, 42, masih semangat menjajakkan dagannya demi ketiga anaknya agar tidak putus sekolah.

JEMBERKasih orang tua tak pernah padam terhadap buah hatinya, mungkin hal itulah yang dirasakan oleh Absatun, 42. Pedagang sembako asal Kecamatan Arjasa itu, setiap hari menjajakkan dagangan sembako di Pasar Tanjung. Hal itu dilakukannya untuk menghidupi ketiga buah hatinya yang tengah menempuh pendidikan agar tetap lanjut.
Menurut Ibu ketiga anak itu, semua putrinya saat ini tengah menempuh sekolah dan dua yang kuliah. Putrinya yang paling muda berada di tingkat MTs, putri kedua masih kuliah semester awal, dan putri tertuanya, tengah magang di salah satu klinik di Situbondo. “Anak saya yang tertua itu ambil jurusan keperawatan di Unmuh, (Universitas Muhammadiyah Jember, red),” tutur Absatun.
Dari penuturannya dia mengaku sangat senang bisa mampu mensekolahkan anak, hingga salah satunya hampir sarjana. “Anak yang tertua itu magang tapi dia digaji. Kadang dia gajian, dia sisihkan uangnya jajannya untuk saya,” imbuh Absatun penuh haru.
Bahkan dia mengaku, sempat menjual lahan di samping rumahnya untuk membiayai kuliah putri pertamanya itu. “Namanya untuk anak, orang tua pasti ingin yang terbaik. Siapa tau nanti bernasib lebih baik dari saya ini,” ujarnya. Dari sisa menjual tanahnya, dia juga gunakan uangnya untuk diputar sebagai modal dagangnya.
Usahanya berdagang sembako sudah cukup lama dijalankannya. Baginya, tidak ada pekerjaan yang cocok dijalankannya selama dia tinggal di daerah kawasan wisata rembangan itu. “Saya dagang mulai anak-anak masih SD. Meskipun masih ada suami, bapak ada di rumah, itupun jadi kuli kebun,” ujar Absatun. Selain jadi kuli kebun, absatun mengaku selama ini suaminya sering membantunya dalam membawakan barang dagangan ke pasar.
Pilihannya berdagang bukan tanpa alasan bagi ibu lulusan SD tersebut. Menurutnya, jika hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya selama ini, dia tak akan mampu menyekolahkan anak-anaknya. “Bapak lulusan SD, saya juga lulusan SD, kalau tidak dagang, pekerjaan apalagi yang cocok bagi lulusan SD seperti saya,” tutur Absatun kepada Radar Jember.
Selama ini, penghasilan yang dia dapatkan dalam berdagang sembako masih naik turun. Dia menjelaskan, barang-barang dagangannya memang paling banyak dicari orang setiap harinya. Namun, dia juga mengaku, barang-barang tersebut juga memiliki harga yang rawan anjlok.
“Apalagi musim hujan, dagangan saya rentan terkena air. Seperti tomat, cabai, bawang, itu sangat rawan busuk kena air. Kalau membusuk, saya bisa rugi banyak” imbuh Absatun.
Absatun berharap, usaha dagangnya itu tidak lagi dilanjutkan oleh anak-anaknya yang saat ini tengah bersekolah. Dia menginginkan nasib anak-anaknya kelak lebih baik dari dirinya saat ini. “Kalau mereka mau sekolah, yah siapa tau nanti bisa membahagiakan orangtuanya,” pungkas Absatun penuh harap. (mg2)

Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember