Kebawa Suasana Era Belanda


[Foto. MAULANA] KOKOH BERDIRI: Bangunan bekas peninggalan Belanda yang masih kokoh berdiri di tengah sawah atau area perkebunan tebu di Desa Tutul, Balung.

Bicara bangunan tua, benteng peninggalan Belanda di Desa Tutul Kecamatan Balung jadi salah satunya. Bangunan tua yang diperkirakan berumur puluhan tahun itu masih kokoh berdiri hingga saat ini. Bahkan warga sekitar ada pula yang menyebut berumur 100 tahun lebih.

Bangunan bekas Belanda yang tepat di tengah area persawahan itu cukup menarik. Dari kontruksi bangunan, sepintas mirip seperti tungku pembakaran batu bata, dengan ketinggian hanya sekitar satu meter. Sementara di bagian kedua sisinya, terdapat pintu-pintu kecil yang mengharuskan siapa saja yang masuk, harus mendungkuk. Dan bagian depan dan belakang, anak tangga yang masih tertata dengan baik dan kokoh.

Sebenarnya tak ada yang tampak istimewa dari kedua sisinya: samping kanan-kiri atau depan-belakang. Namun saat masuk ke dalam, bagi yang pertama berkunjung mungkin akan sedikit tercengang. Benteng yang luasnya sekitar sepertiga lapangan sepak bola itu memiliki ruang utama dan ruang bawah tanah. Di ruang utama itu sepertinya menjadi tempat yang paling sering didatangi. Karena sejumlah sampah bekas makanan dan minuman yang masih berserakan. Mungkin remaja dan muda-mudi iseng dan tengah main gituan. 

[Foto. MAULANA]. Salah satu sisi ruang bawah tanah.

Menariknya, saat masuk ke bawah tanah, tingginya mungkin hanya sekitar satu meteran. Tak sampai dua meter. Empat pintu untuk memasuki ruang bawah tanah, mengharuskan siapapun yang masuk harus membungkuk. Bahkan diantara ruang-ruang bawah itu, masih terdapat ruang-ruang kecil, disebelah kanan dan kirinya. Ukurannya mungkin hanya sekitar setengah meter. 

Menyusuri ruang kecil bawah tanah itu, seolah terbawa bagaimana suasana pertempuran silam. Konon ruang kecil di benteng itu, juga digunakan hampir mirip mini penjara. Sehingga saat tahanan berada di situ, harus duduk dan membungkuk. Suasana mistis begitu kental saat masuk ke dalamnya. Sampai situ, belum terlihat tanda-tanda tanda-tanda kehidupan lagi. Informasi warga sekitar, itu area berbahaya dan hanya dianjurkan untuk masuk di ruang utama saja. Mungkin dikhawatirkan disengat ular atau kalajengking.

[Foto. MAULANA]. MEGAH DI TENGAH SAWAH: Meskipun kondisi sudah tidak 100 persen utuh, bekas bangunan yang dulunya benteng itu masih menyuguhkan keunikan tersendiri saat memasukinya.

Kini Setelah Sekian Tahun Lamanya

Berjarak sekitar 15 meter, sebenarnya terdapat dua bangunan benteng hampir sama bentuknya. Hanya saja, benteng yang sebelah selatan, kondisi 50 persen sudah ambruk. Namun diantara dua bangunan bekas Belanda itu, yang bikin menarik tetaplah sama: sejarahnya. 

"Tempat itu sudah lama, banyak rumor mengatakan, dulunya benteng, lalu digunakan tempat mengolah tebu, hingga hanya jadi bekas bangunan seperti sekarang," ujar Firdaus, warga sekitar. Jika dilihat dari Jalan Puger-Lumajang kekokohan bekas bangunan itu begitu terlihat diantara tanaman tebu yang baru berumur beberapa Minggu.

Informasi dari warga lain menyebutkan, bangunan itu terakhir difungsikan sebagai pengolah tebu milik PTPN IX PG Semboro. Hingga saat ini, aset bangunan itu masih atas nama milik perusahaan perkebunan yang sama. Hal itu terlihat dari sebuah papan nama di sudut masuk ke arah benteng. 

Meskipun tidak dibuka murni untuk wisata, namun tak sedikit dari pengunjung yang datang, mulai dari warga sekitar, warga luar daerah hingga yang kebetulan lewat. Bangunan itu jelas mencuri perhatian pengendara motor di sekitar jalan Puger - Lumajang. Terutama saat tanaman tebu-tebu itu belum dewasa, kekokohan bangunan 'melambaikan tangan' ke pengendara untuk mampir. "Sebenarnya sudah pernah kesini dulu, cuma kali ini saya kesini untuk membuat konten," tukas Qoyum, pengunjung yang juga konten kreator saat berkunjung kala itu.

[Foto. MAULANA]. Foto bangunan bagian atas.


Komentar

POPULER

💡NARASI KADERISASI💡 (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember