Pengadaan Android dan Laptop, Kepala Madrasah Harap Cemas
FOTO : MAULANA AL-FATIH |
BERMAIN WAKTU UJIAN- Sejumlah siswa terlihat asyik bermain gadget saat
simulasi berlangsung kemarin, (senin 04/02).
BALUNG - Hari pertama
simulasi Ujian Akhir Madrasah Berbasis Daerah Komputer (UAMBDK) tingkat
Madrasah Ibtidaiyah (MI), membuat sejumlah kepala madrasah berharap cemas.
Pasalnya, simulasi yang menggunakan android dan laptop itu memiliki kendala
dalam pengadaaan maupun pengoperasiannya. Pihak madrasah mengharapkan pengadaan
kedua alat itu bisa memadai sesuai dengan jumlah siswa. Namun di sisi lain,
madrasah juga mengkhawatirkan penggunaan dari kedua teknologi tersebut, dinilai
kurang berdampak baik dengan anak se usia mereka yang masih duduk kelas enam MI.
Hal tersebut diakui oleh Ali Mastur, Kepala MI
Islamiyah Desa Gumelar Kecamatan Balung. Menurutnya, simulasi ujian yang
dilaksanakan di lembaganya itu sempat membuatnya khawatir. Dia mengatakan bahwa
siswa disekolahnya, rata-rata tergolong keluarga tidak mampu atau menengah
kebawah. Mereka yang belum terbiasa menggunakan android, dikhawatirkan akan
kecanduan. “Hal yang berhubungan dengan teknologi, bisa pengaruh baik dan
buruk. Apalagi terhadap anak,” ujar Mastur.
Selama simulasi hingga menjelang ujian mendatang, para
siswa dituntut untuk memahami pengoperasian android atau laptop tersebut. Dampak
yang paling kuat menurut Mastur adalah pada android. Dia mengaku terpaksa
menggunakan android, karena kesulitan mencari pinjaman laptop. “Jumlah siswa
kami yang ujian ada 26. Sementara kami hanya mampu memfasilitasi 11 laptop,”
tutur pria 49 tahun itu.
Pihaknya juga kepada guru yang bertugas, agar mampu
mengawasi dan membimbing penggunaan android tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan. “Simulasi itu terkoneksi dengan internet, tidak
cukup jika anak-anak hanya diawasi, tapi juga harus kita bimbing
penggunaannya,” tambah Mastur.
Hal senada juga diakui oleh Muallim, Kepala MI
Tarbiyatul Islamiyyah Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan. Menurutnya,
pelaksanaan ujian berbasis komputer itu membutuhkan banyak komponen yang
memadai. Hal itu tidak hanya dalam pengadaan android dan laptop, tapi juga peran
madrasah selaku penyelenggara ujian yang memiliki tugas ganda.
Menurut dia, madrasah telah bekerja ekstra untuk pengadaan
android ataupun laptop, namun madrasah juga perlu memberikan pembelajaran lain
terhadap penggunaan teknologi itu. “Keduanya menyimpan peluang dan tantangan,
jika kepala madrasah bisa mengolahnya. Namun jika madrasah kesulitan, bisa jadi
apa yang dikhawatirkan itu akan terjadi,” tutur Muallim. (mg/maul)
Komentar