Islam Rahmatan Lilalamin (Upaya mendialogkan Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara)


Islam Rahmatan Lilalamin
(Upaya mendialogkan Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara)
Oleh : Maulana al-Fatih


Keterikatan agama dan negara menjadi pilihan wajib dalam rangka mewujudkan kedaulatan dengan semangat religius-nasionalis. agama membutuhkan negara dalam rangka melakukan ekspansi ideologi (dakwah) kepada masyarakat secara luas. sedangkan negara sendiri membutuhkan agama sebagai sumber nilai-nilai luhur, aturan dan norma-norma yang mengatur setiap sektor dalam kehidupan masyarakat. hubungan ini jelas menjadi simbiosis dan syarat mutlak dalam membangun peradaban manusia yang senantiasa mengedepankan moral dan etika dalam setiap agenda kenegaraan dan kebijakan.

sedangkan bagi sebuah negara yang mencoba memisahkan peran agama terhadap negara (sekuler) cenderung selalu mengedepankan segala pembaharuan, mengesampingkan pertimbangan moralitas dan nilai-nilai yang berlaku, agama hanya sebuah simbol, candu bagi pemeluknya, hanya menjadi masalah personal setiap orang, ketika hidup dalam tatanan sosial, agama tak ubahnya baju yang dikenakan dalam rumah. lebih jauh lagi bagi penganut ajaran komunisme yang menganggap sebuah ideologi gerakan tidak membutuhkan peran agama dalam melaksanakan kerja-kerja negara. doktrin semacam ini memang lama di musnashkan dan jarang terjadi. namun bukan berarti mustahil untuk terjadi.

islam dan negara jika dimaknai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka akan menjadi dua pondasi yang akan saling bersinergi dan terintegrasi. hadirnya Pancasila sebagai ideologi negara semata-mata bukan menggantikan Islam. bagaimanapun hebatnya sebuah ideologi, ia tetaplah produk pikiran Manusia, cita-cita hidup yang digagas oleh founding father Indonesia. sedangkan Islam sendiri adalah Wahyu, yang memiliki kedudukan dan kemuliaan tertinggi sebagai agama Allah. sama sekali tidak ada permasalahan dan tidak layak untuk dipermasalahkan. Kebenaran Islam memang absolute, namun paham keberagaman akan Islam sangatlah variatif. inilah yang seringkali gagal dipahami oleh saudara-saudara kita yang menganggap setiap realitas harus ditakar dengan Islam, perdebatan panjang ini melahirkan klimaks dengan hasil yang mendiskreditkan bahwasanya pancasila merupakan sistem yang dzolim.

kecintaan ulama-ulama kita terhadap tanah air ini benar-benar termanifestasikan dalam batang tubuh Pancasila yang sarat akan muatan ajaran Islam. tidaklah berlebihan jika asumsi ini penulis sampaikan. sampai saat ini Pancasila bukan hanya menyimpan kepentingan ideologis ummat islam, melainkan kepentingan masyarakat yang terbentang dari ujung sabang sampai Merauke dengan beragam suku dan bahasa. misi ideologi islam bukan hanya sebatas bertumpu pada ritual praktek peribadatan, namun islam sebagai agama yang merahmati seluruh alam dengan ajaran yang lentur, halus dan mampu menyesuaikan dengan topologi masyarakat, terlebih di Indonesia yang sangat multikultural.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi Islam terbesar di dunia, seperti halnya kebanyakan agama, dalam mengemban misi  dakwah tidak jarang dibenturkan dengan klaim islam sebagai agama radikal dan liberal, agama teroris dan lain sebagainya. penyematan label negatif terhadap Islam bukanlah sesuatu yang alamiah, namun bentuk dari kontruksi sosial dalam sebuah kompetisi ideologis. sedikit banyak akan mencoreng wajah Islam yang sebenarnya lembut dan cinta kedamaian. inilah tanggungjawab setiap muslim bukan hanya membawa islam selesai dalam tatanan seremonial, namun masuk dalam kehidupan masyarakat yang sangat kompleks. sebagian dari masyarakat non muslim yang mengenal Islam dari media-media harus mengkonsumsi berita dan informasi dari golongan yang tidak menginginkan kepentingan dakwah islam berjalan lancar. jika dilihat sekilas pandangan mereka (non muslim) akan menganggap hegemoni islam melapisi setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia, namun sebagai muslim wajib meyakini inilah wujud islam sebagai agama rahmat bagi kita, rahmat bagi Indonesia dan Rahmat bagi alam.

jika flashback sejenak, bagaimana risalah perjuangan ulama para Kiai dan santri mempunyai andil besar dalam mengawal sejarah panjang berdirinya negeri ini. perjuangan dengan harta jiwa, darah bahkan ribuah nyawa sekalipun harus syahid di Medan perang demi untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan. namun sejarah heroik ulama-ulama kita jarang diliris pada buku-buku pelajaran yang sering kali disuguhkan pada pendidikan dasar bahkan sampai menengah sekalipun. jika sudah demikian, maka sejarah akan tenggelam dan tercerabut dari akarnya, kelak hanya akan lahir suatu generasi yang buta akan sejarah. menjadi sangat ironi, apalagi jika pandangan masyarakat yang menganggap beban pendidikan historis ini seolah hanya menjadi tanggungjawab moral para ustad, Kiai dan pemuka-pemuka agama. inilah tugas bersama para generasi muslim saat ini. mendakwahkan dan menjawab tuduhan-tuduhan subversif akan islam keras dengan santun penuh rahmat dengan semangat religius-nasionalis (amar Maruf nahi Munkar)


Senin, 30 Juli 2018
*(Rakyat jelata dari ujung selatan kota Jember)

Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember