CATATAN PINGGIRAN


Oleh : Maulana al-Fatih

al-Auwalu
Narasi ini sengaja dibuat untuk mereka yang masih sudi meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melacurkan diri pada pengetahuan.
dengan segala  kerendahan hati, kusampaikan permintaan maaf ku kepada para pecandu intelektual rayon kebanggaan ku. karena dengan segala kesibukan yang tidak dapat dikesampingkan, sehingga narasi ini harus direalis pada waktu yang cukup lama.
Tak lupa, kusampaikan salam yang tak akan lekang oleh otoritarian, salam yang menghidupkan ghiroh para kader militan, salam yang membingkai aku, kau dan kalian menjadi sebuah Sahabat, yakni.. Salam Pergerakan.!!

Pertama dan yang paling utama, patut kiranya bagi al-Fakir untuk menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang besar pada para kader-kader yang kapan hari singgah di gubuk kami. mengingat, banyaknya senior dan alumni yang lebih hebat dan berkelas diluar sana jika dibandingkan dengan kami (saya pribadi). Namun, sahabat-sahabat masih memilih kami sebagai kolega bertukar gagasan. setidaknya pertemuan kita menjadi awal untuk mengakhiri pikiran picik tentang realitas kehidupan yang meninabobokan nalar ini. Sekaligus, pada tempat itulah, yang nantinya akan menjadi saksi hidup perjalan para aktor-aktor intelektual yang digadang-gadang oleh Bung Karno dalam sepuluh pemuda yang akan mengguncang dunia.

Selanjutnya, izinkan saya ikut sumbangsih pemikiran untuk menuangkan titik-titik kebijaksanaan pada buah pikiran sahabat-sahabat sekalian.
secara umum, keseluruhan tulisan bagi saya adalah amunisi yang menyehatkan untuk dikonsumsi, karena selama dalam belajar, tidak ada yang salah dan tak patut dipermasalahkan, yang salah ialah mereka yang berhenti belajar dan mengasingkan diri dari pengetahuan. karena tulisan bagi saya adalah sebuah aksi-aksi heroik untuk menunda kematian kita. orang boleh mati, tetapi tulisan tak akan pernah mati dan tak ada matinya. setidaknya meskipun kita orang telah mati, biarkan tulisan kita yang akan terus menghidupkan kita.
begitulah cara memandang tulisan perspektif al-Fakir, termasuk dalam hal ini adalah tulisan atau karya sahabat-sahabat kader FTIK ini.

meskipun tulisan-tulisan tersebut telah keluar jauh dari sistem kolot dari apa yang mereka sebut sebagai 'ilmiah', namun yang menjadi power adalah terletak pada gagasan orisinilitas sang penulis, yang sarat akan makna, romansa, dan estetika.
positioning tiap titik, koma, kata dan kalimat, serta paragraf bukanlah kesalahan yang fatal (subyektif saya). hanya perlu membaca, latihan, baca melatih, dan sampai pada titik jenuh pada tingkat membaca, & lawan.
begitulah klimaks dari buah pengetahuan bagi tokoh-tokoh intelektual.
bukankah Plato & Aristoteles mendedikasikan sebuah karya sebagai bentuk kritik, perlawanan, dan rekomendasi terhadap suatu rezim ??!!.

kritik dan opsional.
secara singkat, ku uraikan dari sisi cara berfikir dan mengutarakan gagasan, seperti berikut.
kajian sosial kontemporer menuntut eksplorasi pikiran penulis secara bebas dan proposional, sedangkan kajian literatur sangat mempengaruhi sejauh mana tingkat orisinalitas gagasan penulis terhadap buah pemikirannya. pikiran liar dan genit mutlak dibutuhkan selama dalam batas wajar dan logis untuk dipahami (sekalipun bagi awam), maka apapun jenis doktrinnya akan mudah terpatahkan dengan sendirinya. terkadang sistem yang sudah baku dan kurang relevan layak untuk mendapatkan kritik dari pemikir-pemikir kontemporer seperti kita. karena kritik merupakan sebuah cara untuk menyehatkan tubuh demokrasi kita, orang yang anti kritik justru dia sedang melarang rezim ini untuk sembuh dari penyakit.

begitupun spekulasi kritik yang coba dilemparkan oleh sahabat-sahabat sekalian, meskipun banyak orang menilai kritik harus ada pesan yang hendak disampaikan (solusi), namun bagi saya tidak demikian. kritik adalah mengurai apa yang sedang terjadi, bukan memberi terhadap apa yang telah terjadi. perbedaan antara 'mengurai' dengan 'memberi' ini sering digagal pahami oleh kawan-kawan di luar lingkaran kita. jadi saya sepakat saja jika kritik itu hanya berisikan uraian masalah, atau kajian masalah secara mendalam tanpa ada solusi yang diakhir kritik itu sendiri. jika semua kritik harus ada solusi, lantas dimana tugas pemangku sistem yang digadang-gadang ahli dalam memberikan solusi.
(sampai sini semoga masih bisa difahami tulisan saya)
silahkan rehat sejenak, untuk memulihkan konsentrasi.

baik, saya lanjutkan.
setelah mengurai bagaimana cara kerja berfikir kita dalam menuangkan tinta diatas putih, selanjutnya pilihan makna, bahasan, logika sampai pada konsepsi.
aku teringat salah satu kalam bijak dari tokoh besar penemu energi elektromagnetik dan mesin-mesin canggih era 80-an, yaitu Cak Nikola Tesla, dia menuturkan seperti ini, "otak ku hanya penerima sinyal pengetahuan, di alam semesta ini, ada semacam pusat dimana pengetahuan itu dipancarkan",
jika ditelisik lebih dalam, Tesla mencoba membahasakan kekuatan maha dahsyat pentransfer pengetahuan itu dengan nama 'faktor x' atau kekuatan ilahiah, atau kekuatan diluar kedigdayaan manusia. dia sulit menyebutkan itu sebagai 'kuasa Tuhan'. namun, setidaknya seorang Tesla dengan kejeniusannya menyadari bahwa akal sebenarnya menyimpan potensi pengetahuan yang serba ada sebagai turunan pengetahuan dari sang Maha Tau (Tuhan). dia tidak mebahasakan itu kuasa Tuhan, tapi dia sudah menyadari dan tidak bisa sembunyi dari kuasaNya.
lantas kesimpulan apa yang bisa kita ambil dari kalam Tesla tersebut.?!

menjadi pintar, cerdas, alim, dungu atau istilah apapun itu yang disematkan oleh orang lain kepada kita, senyatanya adalah pilihan masing-masing pemikiran kita. sebagai kader agamis dengan label islam di KTP kita, tentu kita tidak boleh mengesampingkan takdir yang sudah mulai dulu mewarnai perjalanan hidup kita. namun antara takdir sebagai kehendak Tuhan dan pilihan sebagai kehendak manusia, ada bagian ditengah yang menyatukan keduanya, yaitu 'usaha'

jadi.. Tesla dengan segala kejeniusannya adalah bentuk usaha dari pilihan yang telah diambilnya.
sampai sini, ketika kita tarik dalam pembahasan kita, kita akan membuat pilihan seperti apa terhadap diri kita masing-masing, jika hanya sebatas memilih, ayam pun selalu punya pilihan untuk bagaimana dia bisa makan dan tidur nyenyak di malam hari. namun bagi kita, pilihan bukan sekedar menjadi pilihan, namun pilihan tersebut berikut serta sebuah usaha, cara bahkan konsekuensinya.
tentu pilihan kita tidak ingin sama dengan ayam atau mungkin telah sama dengan ayam.

mungkin cerita itu telah keluar jauh dari pembahasan tulisan sahabat-sahabat sekalian, dan mulai muncul pertanyaan berikut, kenapa yang disangkut-pautkan hanya mengenai pikiran, pikiran, dan pikiran.??!!
karya adalah buah pikiran, sedangkan pikiran adalah buah dari pilihan kita, dan pilihan itu adalah buah dari perseteruan panjang antara takdir Tuhan dengan kehendak manusia yang memunculkan konsesi baru untuk mendamaikan keduanya dengan sebuah kata 'usaha'.

maka, kenapa saya pribadi mentarap tentang cara berfikir, karena orang saat ini mudah takjub, gampang bingung, mudah putus asa, terhadap apa-apa yang terjadi di setiap kehidupan. segala realitas yang tertangkap Indrawi kita jarang kita olah menjadi poin-poin penting yang menopang cara berfikir kita. padahal realitas mudah untuk disetting, by design oleh suatu kepentingan tertentu. jika kita gagal memahami apa yang terjadi dibalik realitas tersebut, kita tak ubahnya sekumpulan bebek yang digiring kesana-kemari oleh sang pengembalanya.
makanya langkah awal adalah bagaimana kita melatih menertibkan pikiran kita yang kadang kacau.
urusan bagaimana tulisan itu bagus, tertata rapi, di minati banyak pembaca, itu adalah perkara nomor sekian. karena pikiran manusia itu tidak butuh pengakuan, yang dibutuhkan adalah ruang aktualisasi pikiran itu sendiri, pikiran yang mengendap hanya akan menjadi gagasan basi yang kusut dimakan usia.
 selama ini, kita secara tidak sadar telah mempersempit cara berfikir, efek fatal dari cara berfikir sempit adalah tersendatnya aliran pengetahuan yang harus kita serap. dan yang terjadi adalah kita menjadi 'sok tau' dan 'tidak mau tau' padahal yang kita tau hanya sedikit dari apa yang sebenarnya dapat diketahui.

baiklah,
kiranya, tulisan ini sudah terlalu panjang, sulit memecah kejenuhan orang melalui tulisan. cara yang paling mujarab dan tak terbantahkan adalah, tetap duduk bareng diskusi tanpa ada cianida diantara aku, kau dan kalian.

akhirul kalam.
mari belajar memaafkan diri kita masing-masing dan
open your mind, we can't hide from the truth. because everything just need try of us.

Wasalam.
Balung,24/02/19

Maulana al-Fatih

Komentar

POPULER

đź’ˇNARASI KADERISASIđź’ˇ (sebuah refleksi komparatif desain kaderisasi struktural dan kultural PMII) Oleh : Filsuf.Proletar

Catatan Kaderisasi

Torehan Sejarah Baru PMII Rayon FTIK IAIN Jember